Sejarah dari Provinsi Bali
Penghuni pertama
pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM
yang bermigrasi dari Asia.
Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang
terletak di bagian barat pulau. Zaman prasejarah kemudian
berakhir dengan datangnya ajaran Hindu dan tulisan Bahasa Sanskerta
dari India
pada 100 SM.
Kebudayaan Bali
kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India yang prosesnya semakin cepat
setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai
ditemukan di berbagai prasasti, di antaranya Prasasti Blanjong
yang dikeluarkan oleh Sri Kesari
Warmadewa pada 913 M dan menyebutkan kata Walidwipa.
Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak
untuk penanaman padi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya
juga mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan
berpusat di pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar
tahun 1343 M.
Saat itu hampir seluruh nusantara
beragama Hindu,
namun seiring datangnya Islam
berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yang antara lain menyebabkan
keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat Hindu
lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke
Bali.
KEPENDUDUKAN BALI
Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa lebih, dengan mayoritas
92,3% menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha, Islam,Protestan dan Katolik. Agama Islam adalah agama minoritas terbesar di Bali
dengan penganut antara 5-7,2%.
Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian
dan perikanan, yang paling dikenal dunia dari pertanian di Bali ialah sistemSubak. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa
Indonesia, Bali dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor
pariwisata.
Bahasa
Bali dan Bahasa
Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali
dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali
adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam
bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan
sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek
bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur
warna dalam agama Hindu Dharma dan keanggotan klan (istilah
Bali: soroh, gotra); meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang.
Di beberapa tempat di Bali, ditemukan sejumlah pemakai bahasa
Jawa.
Bahasa
Inggris adalah bahasa
ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali yang dipengaruhi
oleh kebutuhan yang besar dariindustri
pariwisata. Para karyawan
yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, sering kali juga
memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai.Bahasa
Jepang juga menjadi
prioritas pendidikan di Bali.
AKTIFITAS SOSIAL DIBALI
Banyak grup band yang
memiliki segudang aktivitas di luar karier bermusiknya, beberapa di antara
mereka menyibukkan diri dengan kegiatan sosial. Seperti yang dilakukan oleh
band punk asal Bali, Superman Is Dead (SID).
Sudah
lama berkecimpung dalam kegiatan sosial, terutama yang berhubungan dengan usaha
pelestarian lingkungan, akhir-akhir ini nama SID kembali mencuat gara-gara
rencana pemerintah mereklamasi Teluk Benoa di Bali.
"Kita
lagi berkecimpung mempertahankan Bali dari para penguasa yang rakus
memanfaatkan Bali jadi sumber uang, dan merusak ekologi bali itu sendiri,"
jelas bassist SID, Eka Rock..
Potensi alam dibali
Para turis
di seluruh dunia sepertinya sudah kenal dengan pantai paling eksotis di dunia
ini. Jutaan pengunjung tiap tahun mendatangi tempat ini. Ya, Pantai Kuta tempat
pariwisata yang terletak di sebelah selatan Denpasar, ibu kota Bali, Indonesia.
Tepatnya Pantai Kuta ini ada di Kabupaten Badung. Sejak tahun 70-an, Pantai
Kuta merupakan destinasi wisata turis asing. Tidak heran jika Pantai Kuta
adalah objek wisata andalan Pulau Bali. Salah satu keindahan alam yang disukai
para turis di sini adalah ketika matahari terbenam di ufuk barat aliassunset
beach. Keindahannya tiada tertandingi. Selain itu, Pantai Kuta menyimpan
potensi alam pantai yang luar biasa.
Kuta dulunya adalah pelabuhan dagang. Di sini terjadi
transaksi pedagang Nusantara dan mancanegara. Para pelaut membeli dan menjual
produk di kawasan Bali ini. Sedangkan Abad ke-19 adalah Mads Lange (pedagang
Denmark) adalah salah satu contoh pedagang luar negeri yang terkenal di Bali.
Ia disegani dan disukai oleh raja-raja Bali. Lalu, muncul buku Praise
to Kuta karya Hugh Mahbett yang di dalamnya mengajak masyarakat di
wilayah Pantai Kuta untuk mengembangkan potensi wisata di salah satu kawasan
Bali ini. Maka, kesadaran masyarakat dan investor pun tumbung, dengan hadirnya
penginapan, restoran, serta tempat hiburan. Maka, menjelmalah Pantai Kuta
menjadi destinasi wisata Bali yang terkenal di dunia. Banyak tokoh-tokoh
penting dunia yang turut berkunjung ke sini. Di sinilah Bali dikenal sebagai
surga wisata dunia.
Pertokoan, restoran dan tempat permandian serta
menjemur diri juga tersedia di Pantai Kuta. Kuta adalah tempat wisata yang
hidup 24 jam. Apalagi Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai lebih dekat ke daerah
ini. Sehingga wisatawan dimudahkan akses untuk menyambangi daerah wisata
favorit di Bali ini. Pantai dengan pasir putih ini membentang dari airport
Bali, kawasan wisata Seminyak, hingga Kerobokan.. Para turis pun banyak yang
menikmati wisata Pantai Kuta ini dengan kegiatan surfing, sunbathing, dan
kegiatan santai lainnya. Dan tentunya sore hari biasanya sangat ditunggu oleh
para turis, ketika matahari terbenam adalah momen dimana sangat pas untuk
mengabadikan keindahan sang surya yang tenggelam di ufuk barat.
Budaya
Musik
Musik tradisional Bali memiliki
kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia,
misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam
teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu
sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam
gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikan, misalnya gamelan jegog, gamelan
gong gede, gamelan gambang, gamelan selunding dan gamelan Semar Pegulingan. Ada pula musik Angklung dimainkan untuk upacara ngaben serta musik
Bebonangan dimainkan dalam berbagai upacara lainnya.
Terdapat bentuk modern dari musik tradisional Bali,
misalnya Gamelan Gong Kebyar yang merupakan musik tarian yang
dikembangkan pada masa penjajahan Belanda serta Joged Bumbung yang mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an.
Umumnya musik Bali merupakan kombinasi dari berbagai alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi
kayu (xilofon). Karena hubungan sosial, politik dan budaya, musik
tradisional Bali atau permainan gamelan gaya Bali memberikan pengaruh atau
saling memengaruhi daerah budaya di sekitarnya, misalnya pada musik tradisional masyarakat Banyuwangi serta musik tradisional masyarakat Lombok.
Tari
Seni tari Bali pada umumnya dapat
dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu wali atau seni tari
pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan
juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan
pengunjung.
Pakar seni tari Bali I Made Bandem pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan
tari-tarian Bali tersebut; antara lain yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk,
Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara
lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan dan Wayang Wong,
sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja,
Prembon dan Joged serta berbagai koreografi tari modern lainnya.
Salah satu tarian yang sangat populer bagi para
wisatawan ialah Tari Kecak dan Tari Pendet. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja
sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan
tradisi Sang Hyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan
tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
Pakaian daerah
Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi,
meskipun secara selintas kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali
mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis
kelamin dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat
diketahui berdasarkan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya.
Pria
Anak-anak
Ubud mengenakan udeng, kemeja putih dan kain.
Busana
tradisional pria umumnya terdiri dari:
- Udeng (ikat kepala)
- Kain kampuh
- Umpal (selendang pengikat)
- Kain wastra (kemben)
- Sabuk
- Keris
- Beragam ornamen perhiasan
Sering pula
dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap.
Wanita
Para penari
cilik mengenakan gelung, songket dan kain prada.
Busana
tradisional wanita umumnya terdiri dari:
- Gelung (sanggul)
- Sesenteng (kemben songket)
- Kain wastra
- Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada
- Selendang songket bahu ke bawah
- Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam
- Beragam ornamen perhiasan
Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai
pelengkap.